Sungguh mengerikan melihat sebagian pelajar di negeri ini, makin hari makin terlihat kerusakkannya. Alih-alih menghasilkan generasi sholih dan sholihah, pendidikan di negeri ini telah gagal membawa generasi menuju kepada kemuliaan. Di tengah-tengah pengumuman kelulusan tingkat SMA dan sederajat, sebagian para pelajar meluapkannya dengan tindakan tak terpuji.
Budaya tahunan yang rusak tersebut mencerminkan kegagalan pendidikan dan semakin memperlihatkan wajah generasi muda di negeri ini. Aksi corat-coret baju seragam sekolah dan kebut-kebutan motor sudah menjadi pemandangan yang memalukan hampir setiap tahunya setiap pengumuman kelulusan ujian sekolah.
Sebut saja seperti di Pamekasan Madura, ratusan peserta konvoi motor, bahkan ada beberapa siswa yang menggunakan motor dengan plat nomor merah. Motor yang digunakan para siswa jenis Honda Win, motor operasional Kepala Desa, seperti dilansir Kompas, 16/05/2011.
Lebih parah lagi, sebagian siswi peserta konvoi ada yang beraksi dengan menyobek rok dan baju seragamnya. Tidak hanya itu, mereka ada yang terang-terangan merokok di depan peserta konvoi lainnya.
Baru-baru ini diberitakan, seorang anggota Komisi D DPRD Pamekasan, Madura, Jawa Timur, secara tidak sengaja berpapasan dengan salah seorang siswi peserta konvoi kelulusan tingkat SMA sederajat di Jalan Raya Tlanakan. Siswi itu kedapatan sedang membuka baju seragamnya sambil mengendarai sebuah motor matik berwarna merah.
"Perayaan kelulusan semacam itu sungguh keterlaluan dan sudah menodai citra Kabupaten Pamekasan sebagai kabupaten yang memiliki slogan Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami (Gerbang Salam)," ujarnya saat ditemui sejumlah wartawan di kediamannya.
Menurut dia, identitas siswa itu kemungkinan bisa dilacak sebab pelat nomor motor yang dikendarai jelas sekali dalam gambar yang diambilnya. "Prediksi saya, itu siswi dari sekolah swasta dan saya akan melacak pelat nomor itu agar ketahuan siapa yang bersangkutan," ujarnya.
Jika memang nantinya identitas siswi tersebut betul-betul diketahui, pihaknya akan menekan kepada Dinas Pendidikan Pamekasan dan sekolah yang bersangkutan agar ijazahnya ditahan.
Bukan hanyat merobek pakaian, atau melepaskan seragam mereka, diantara para pelajar pun berkonvoi menggunakan motor berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tentu saja, hal merupakan tindakan kemaksiyatan.
Demikianlah, potret kegelapan generasi muda di negeri yang nota bene mereka berstatus pelajar di sekolah. Lalu di manakah keberhasilan pendidikan bila setiap kelulusan tindakan tak bermoral selalu saja muncul?
Sudah terlalu banyak buah kegagalan dari sistem sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan yang tak mampu menghasilkan generasi sholeh dan sholehah. Sistem ini telah mencengkram generasi muda masa depan dari berbagai sisi mengancam masa depan generasi muda negeri ini.
Tengok saja, di sekolah, sistem pendidikan yang diterapkan sekular di mana Islam hanya sebatas dua jam dan nilai-nilai Islam tidak menjadi dasar bagi pelajaran-pelajaran lainnya. Di rumah, pendidikan keluarga telah direbut oleh tayangan-tayangan telivisi yang miskin edukasi, mengumbar aurat, serta kehidupan pola barat lainnya. Belum lagi dengan faktor teknologi informasi tanpa pengereman pihak terkait untuk menangkal muatan negatif yang terus disajikan dari Barat.
Sampai berapa banyak lagi korban-korban generasi muda berjatuhan akibat penerapan sistem sekularisme beserta turunannya seperti ide kebebasan dan hak asasi manusia? Saatnya kini, kaum Muslim bangkit, kembali kepada sistem pendidikan Islami yang membentuk kepribadian pelajar dengan pola pikir dan pola sikap Islami.
Sistem pendidikan Islami dapat diterapkan secara sempurna ketika kaum Muslim hidup sejahtera di bawah naungan Khilafah yang akan menerapkan Islam dalam setiap aspek kehidupan. Khilafah akan menyelamatkan generasi muda dari kehancuran dan mengembalikan mereka menjadi generasi mulai, generasi pahlawan dan pemimpin dunia. Insya Allah, semakin dekat. [m/kompas/syabab.com]
Sebut saja seperti di Pamekasan Madura, ratusan peserta konvoi motor, bahkan ada beberapa siswa yang menggunakan motor dengan plat nomor merah. Motor yang digunakan para siswa jenis Honda Win, motor operasional Kepala Desa, seperti dilansir Kompas, 16/05/2011.
Lebih parah lagi, sebagian siswi peserta konvoi ada yang beraksi dengan menyobek rok dan baju seragamnya. Tidak hanya itu, mereka ada yang terang-terangan merokok di depan peserta konvoi lainnya.
Baru-baru ini diberitakan, seorang anggota Komisi D DPRD Pamekasan, Madura, Jawa Timur, secara tidak sengaja berpapasan dengan salah seorang siswi peserta konvoi kelulusan tingkat SMA sederajat di Jalan Raya Tlanakan. Siswi itu kedapatan sedang membuka baju seragamnya sambil mengendarai sebuah motor matik berwarna merah.
"Perayaan kelulusan semacam itu sungguh keterlaluan dan sudah menodai citra Kabupaten Pamekasan sebagai kabupaten yang memiliki slogan Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami (Gerbang Salam)," ujarnya saat ditemui sejumlah wartawan di kediamannya.
Menurut dia, identitas siswa itu kemungkinan bisa dilacak sebab pelat nomor motor yang dikendarai jelas sekali dalam gambar yang diambilnya. "Prediksi saya, itu siswi dari sekolah swasta dan saya akan melacak pelat nomor itu agar ketahuan siapa yang bersangkutan," ujarnya.
Jika memang nantinya identitas siswi tersebut betul-betul diketahui, pihaknya akan menekan kepada Dinas Pendidikan Pamekasan dan sekolah yang bersangkutan agar ijazahnya ditahan.
Bukan hanyat merobek pakaian, atau melepaskan seragam mereka, diantara para pelajar pun berkonvoi menggunakan motor berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tentu saja, hal merupakan tindakan kemaksiyatan.
Demikianlah, potret kegelapan generasi muda di negeri yang nota bene mereka berstatus pelajar di sekolah. Lalu di manakah keberhasilan pendidikan bila setiap kelulusan tindakan tak bermoral selalu saja muncul?
Sudah terlalu banyak buah kegagalan dari sistem sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan yang tak mampu menghasilkan generasi sholeh dan sholehah. Sistem ini telah mencengkram generasi muda masa depan dari berbagai sisi mengancam masa depan generasi muda negeri ini.
Tengok saja, di sekolah, sistem pendidikan yang diterapkan sekular di mana Islam hanya sebatas dua jam dan nilai-nilai Islam tidak menjadi dasar bagi pelajaran-pelajaran lainnya. Di rumah, pendidikan keluarga telah direbut oleh tayangan-tayangan telivisi yang miskin edukasi, mengumbar aurat, serta kehidupan pola barat lainnya. Belum lagi dengan faktor teknologi informasi tanpa pengereman pihak terkait untuk menangkal muatan negatif yang terus disajikan dari Barat.
Sampai berapa banyak lagi korban-korban generasi muda berjatuhan akibat penerapan sistem sekularisme beserta turunannya seperti ide kebebasan dan hak asasi manusia? Saatnya kini, kaum Muslim bangkit, kembali kepada sistem pendidikan Islami yang membentuk kepribadian pelajar dengan pola pikir dan pola sikap Islami.
Sistem pendidikan Islami dapat diterapkan secara sempurna ketika kaum Muslim hidup sejahtera di bawah naungan Khilafah yang akan menerapkan Islam dalam setiap aspek kehidupan. Khilafah akan menyelamatkan generasi muda dari kehancuran dan mengembalikan mereka menjadi generasi mulai, generasi pahlawan dan pemimpin dunia. Insya Allah, semakin dekat. [m/kompas/syabab.com]
0 Response to "Astaghfirullah, Lulus UN, Siswi Pamer Aurat dan Maksiyat , Buah dari Kegagalan Sistem Pendidikan Sekular!"
Post a Comment