Asal Bersyukur dan Bersabar

Saat matahari bersinar, maka Allah tunjukkan keindahan warna-warna ciptaan-Nya kepada kita. Tapi saat matahari terbenam, ada keindahan lai...

Ekosistem


1.      Latar Belakang
Di sekitar kita terdapat berbagai komponen lingkungan yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Interaksi tersebut telah terjalin sekian lama, sehingga terbentuk sebuah keseimbangan. Namun sayangnya berbagai intervensi manusia telah merusak tatanan dan keseimbangan yang terjadi, sehingga diperlukan waktu yang lama untuk memulihkannya. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruangan itu terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup didalamnya disebut lingkungan hidup.

Di bumi terdapat berbagai macam ekosistem. Keberadaannya sebagian telah mengalami kerusakan karena intervensi manusia. Akibatnya terjadi berbagai permasalahan lingkungan akibat dari tidak seimbangnya interaksi yang terjadi didalamnya. Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut ada dalam suatu keseimbangn tertentu.keseimbngan itu tidak bersifat statis melainkan dinamis. Ia selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar kadang-kadang kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara ilmiah, maupun sebagai akibat sebagai perbuatan manusia.

Dengan adanya fenomena diatas maka diperlukan adanya konsep ekosistem yang membuat kita memandang unsur-unsur dalam lingkungan hidup kita tidak secara tersendiri, melainkan secara terintegrasi sebagai sebagai komponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Pendekatan ini disebut pendekatan ekosistem atau pendekatan holistik yang merupakan perhatian utama dalam pendekatan ekosistem.

2.      Rumusan Masalah
       Dalam makalah ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan ekosistem, pokok bahasannya sebagai berikut :
a)      Pengertian ekosistem?
b)      Apa saja Komponen Ekosistem?
c)      Bagaimana Hubungan antara komponen ekosistem?
d)     Bagaimana Aliran energi yang melintasi ekosistem?
e)      Apa saja Tipe-tipe Ekosistem?

3.      Tujuan
       Tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
a)      Mengetahui Pengertian ekosistem
b)      Mengetahui Komponen Ekosistem
c)      Memahami Hubungan antara komponen ekosistem
d)     Memahami Aliran energi yang melintasi ekosistem
e)      Mengetahui Tipe-tipe Ekosistem

4.      Manfaat
       Manfaat dari penulisan ini adalah memberikan pengetahuan tentang ekosistem dimana mahluk hidup saling berhubungan/berintraksi satu dengan yang lainnya, Mengetahui Komponen Ekosistem, Memahami Hubungan antara komponen ekosistem, Memahami Aliran energi yang melintasi ekosistem, Mengetahui Tipe-tipe Ekosistem.

1.      Pengertian ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Ciri ekosistem adalah sebagai berikut:
1)      Memiliki sumber energi yang konstan, umumnya cahaya matahari atau panas bumi pada ekosistem yang ditemukan di dasar laut yang dangkal.
2)      Populasi makhluk hidup mampu menyimpan energi dalam bentuk materi organik.
3)      Terdapat daur materi yang berkesinambungan antara populasi dan lingkungannya.
4)      Terdapat aliran energi dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya.
Contoh ekosistem diantaranya,
Ø  Ekosistem alami, hutan
Ø  Ekosistem binaan, agroekosistem
Ø  Ekosistem buatan, aquarium

2.      Komponen Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut:

a)      Komponen Biotik
Ekosistem adalah suatu sistem yang saling terkait antara organism hidup dan organisme tak hidup atau lingkungan fisiknya. Merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk seluruh populasi yang berinteraksi dengannya. Contoh dampak faktor biotik pada suatu lingkungan adalah penyerbukan bunga oleh angin. Komponen biotik dapat dibagi berdasarkan fungsinya, adalah :
Ø  Produsen, semua makhluh hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Contohnya: makhluk hidup autotrof, seperti tumbuhan berklorofil.
Ø  Konsumen, semua makhluk hidup yang bergantung pada produsen sebagai sumber energinya. Berdasarkan jenis makannya konsimen dibagi menjadi:
Ø  Herbivora, konsumen yang memakan tumbuhan. Contohnya:sapi, kambing, dan kelinci.
Ø  Karnivora, konsumen yang memakan hewan lain. Contohnya: harimau, serigala, dan macan.
Ø  Omnivora, konsumen yang memakan tumbuhan dan hewan. Contohnya: manusia dan tikus.
Ø  Dekomposer atau pengurai, semua makhluk hidup yang memperoleh nutrisi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organik yang berasal dari makhluk hidup yang telah mati. Contohnya: bakteri, jamur, dan cacing.

b)     Komponen Abiotik
Merupakan semua bagian tidak hidup dari ekosistem. Peranan komponen abiotik untuk makhluk hidup adalah sebgai berikut:
Ø  Kemampuan organisme untuk hidup dan berkembang biak bergantung pada beberapa factor fisika dan kimia di lingkungannya.
Ø  Sebagai factor pembatas, faktor yang membatasi kehidupan organisme. Contohnya, jumlah kadar air sebgai faktor pembatas yang menentukan jenis organisme yang hidup di padang pasir.
Komponen abiotik pada ekosistem diantaranya: air, cahaya matahari, oksisgen, suhu, dan tanah.
3.      Hubungan antara komponen ekosistem
       Setiap makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu yang terdapat di sekeliling makhluk hidup, berupa unsur-unsur biotik maupun unsur abiotik yang mempengaruhi dan dipengaruhi makhluk hidup tersebut. Ruang lingkup ekologi meliputi beberapa unit dalam spektrum biologi. Unit-unit lingkup ekologi tersebut secara hirarki dimulai dari individu, populasi, komunitas, ekosistem dan bioma.

       Eksosistem adalah suatu kondisi hubungan interdependensi (saling ketergantungan) antara faktor biotik (jenis-jenis makhluk hidup) dengan faktor abiotik (fisik dan kimiawi) pada suatu tempat dan waktu tertentu. 

       Beberapa macam hubungan atau interaksi ekologi antar sesama makhluk hidup terjadi dalam bentuk saling merugikan, saling membunuh, atau saling menguntungkan. Berikut ini uraian interaksi antar spesies dalam suatu komunitas.
1.      Kompetisi
       Beberapa spesies dapat hidup berdampingan di dalam sebuah komunitas sepanjang mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam suatu relung ekologi, meskipun relung mereka saling tumpang tindih. Kehidupan demikian dapat terpenuhi selama kebutuhan hidup terhadap sumber yang sama tersedia dalam jumlah yang berlebihan. Akan tetapi jika sumber kebutuhan terbatas, maka hubungan antarspesies akan berubah menjadi suatu bentuk persaingan atau kompetisi. Kompetisi adalah interaksi antara dua makhluk hidup yang mengakibatkan kedua makhluk hidup tersebut mengalami kerugian. Adapun kebutuhan hidup yang sering diperebutkan antara lain, adalah makanan, tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air, danpasangan untuk kawin. Semakin besar tumpang tindih relung ekologi, semakin sering terjadi kompetisi. Bentuk kompetisi yang terjadi berupa kompetisi intraspesifik (kompetisi antar anggota satu spesies), contohnya jenis burung di hutan yang memakan serangga yang sama.
       Kompetisi interpesifik merupakan kompetisi antar anggota yang berbeda spesies. Kompetisi ini terjadi jika dua atau lebih populasi pada suatu wilayah memiliki kebutuhan hidup yang sama, sedangkan ketersediaan kebutuhan tersebut terbatas. Sebagai contoh adalah rusa dan kambing yang sama-sama membutuhkan rumput sebagai pakan di tempat yang sama. Di alam, persaingan antar individu dalam spesies penting artinya untuk mengatur populasi spesies tersebut sehingga terjadi suatu keseimbangan.
2.      Simbiosis
       Sebuah hubungan yang dekat antara dua spesies makhluk hidup yang berbeda disebut simbiosis, yang berarti hidup bersama. Simbiosis dapat dibedakan menjadi parasitisme, komensalisme, protokooperasi, dan mutualisme. Simbiosis parasitisme merupakan bentuk interaksi antara dua jenis populasi dengan satu jenis memperoleh keuntungan sedangkan jenis lain menderita kerugian. Makhluk hidup yang memperoleh keuntungan dari interaksi ini disebut parasit, sedangkan makhluk hidup yang dirugikan disebut inang. Parasit memperoleh makanan dari inang (hospes). Ada dua jenis parasit, yaitu endoparasit (makhluk hidup yang hidup di dalam jaringan tubuh inangnya, seperti bakteri paru-paru, cacing perut, dan Plasmodium) dan ektoparasit (parasit yang hidup dipermukaan tubuh inangnya, seperti kutu daun, hama wereng, benalu). Parasit dapat hidup pada permukaan kulit, atau dalam tubuh makhluk hidup(inangnya). Beberapa contoh hubungan para-sitisme adalah : caplak dan pinjal anjing hidup pada permukaan kulit dan menghisap darah anjing; cendawan pada udang; dan Carapus sp. (ikan mutiara) hidup pada Actinopygia sp. (mentimun laut). Simbiosis komensalisme adalah bentuk interaksi yang menyebabkan satu individu jenis populasi mendapatkan keuntungan, sedangkan individu jenis yang lain tidak terpengaruh (tidak diuntungkan, maupun dirugikan). Contoh: ikan remora yang melekatkan diri dengan alat penghisap pada sisi bawah ikan hiu. Ikan remora mendapat makanan dari sisa-sisa makanan hiu, sedangkan hiu tidak dirugikan dengan kehadiran ikan remora. Simbiosis protokooperasi merupakan bentuk interaksi yang dapat menghasilkan keuntungan secara bersama-sama, tetapi bukan merupakan keharusan bagi kedua populasi untuk selalu saling behubungan agar dapat hidup. Contoh: burung pemakan kutu dengan kerbau. Simbiosis mutualisme adalah bentuk interaksi yang menyebabkan kedua spesies sama-sama mendapat keuntungan, disebut juga dengan simbiosis obligat. Contohnya adalah polinasi pada bunga dibantu oleh lebah, kupu-kupu, burung, atau kelewar. Begitu juga interaksi antarasemut dengan tumbuhan Acacia di daerah tropis.
3.      Predasi
       Merupakan jenis interaksi makan dan dimakan. Pada predasi, umumnya satu spesies memakan spesies lainnya. Ada juga beberapa hewan memangsa sesama jenisnya (sifat kanibalisme). Makhluk hidup yang memakan disebut pemangsa (predator), sedangkan makhluk hidup yang dimakan disebut mangsa (prey). Predasi tidak terbatas antar hewan, tetap juga dapat terjadi pada herbivora dan tumbuhan. Pada predasi antar hewan, predator kebanyakan berukuran lebih besar daripada mangsanya. Ekologi dan saling ketergantungan Di dalam ekosistem, diantara komponen pembentuknya terdapat hubungan saling ketergantungan, sehingga perubahan pada komponen yang satu akan menyebabkan perubahan pada komponen yang lain. Contoh: Kepadatan suatu tanaman tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, sebaliknya keadaan dan kesuburan tanah tergantung juga pada tanaman dan hewan yang hidup di kawasan itu. Salah satu hubungan saling ketergantungan yang jelas antara komponen pembentuk ekosistem adalah peristiwa makan dan dimakan melukiskan suatu rantai makanan atau jaring-jaring makanan. Adanya rantai makanan menyebabkan terjadinya piramida energi, piramida jumlah, piramida biomassa dan aliran materi yang berupa siklus atau daur.
        Rantai makanan dan jaring-jaring makanan Petunjuk yang dapat digunakan sebagai ciri keberadaan sebuah ekosistem adalah energetika (produsen, konsumen dan dekomposer), produktivitas ekosistem, dan daur unsur diantaranya adalah nitrogen, karbon dan fosfor Dalam ekosistem, produsen yang berupa tumbuhan merupakan makanan dari hewan-hewan herbivora (konsumen primer). Selanjutnya macam-macam herbivora menjadi makanan dari hewan-hewan karnivora (konsumen sekunder). Hewan-hewan karnivora dapat pula menjadi makanan dari hewan karnivora lain (konsumen tersier atau karnivora puncak = top carnivor). Proses transfer energi makanan dari sumbernya (tumbuhan) melalui serangkaian proses makan dimakan disebut rantai makanan (food chain). Pada umumnya jumlah tingkatan dalam rantai makanan terdiri dari 4 atau 5 tingkatan. Masing-masing tingkatan disebut tingkatan tropik (tropic level). Tumbuhan menempati tingkatan tropik pertama, hewanhewan herbivora menempati tingkatan tropik kedua, hewan-hewan karnivora menempati tingkatan tropik ketiga, demikian seterusnya. Proses saling makan dalam ekosistem biasanya tidak terjadi dalam urutan yang linear, melainkan merupakan proses yang kompleks.
Proses saling makan yang kompleks ini disebut jaring makanan (food web). Hal ini disebabkan karena satu makhluk hidup seringkali mempunyai makanan banyak. Misalnya ikan kecil, makan microcrustaceae, alga, serangga dan mikroorganisme lainnya. Jadi dalam ekosistem alamiah, sebenarnya rantai makanan yang linear hampir tidak pernah terjadi.
4.      Aliran energi yang melintasi ekosistem
a)      Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
Ø  Rantai makanan,merupakan yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang
Ø  Jaring-jaring Makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.

b)      Piramida Biomassa dan Piramida Energi
Piramida biomassa, dapat dinyatakan sebagai diagram yang mengambarkan perpaduan massa seluruh makhluk hidup di habitat tertentu yang diukur dan dinyatakan dalam satuan gram. Biomassa, ukuran berat materi hidup pada waktu tertentu.
Materi dan energi kimia potensial ditransfer dari satu tingkatan tropik ke tingkatan tropik yang di atasnya. Dalam proses transfer energi ini tidak pernah 100% efesien. Selalu ada sebagian energi yang hilang ataupun tidak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat dipahami karena masing-masing tingkat tropik melakukan fungsi kehidupan, dan tidak semua anggota tingkatan tropik yang di bawahnya dapat dimanfaatkan oleh anggota tingkat tropik yang di atasnya. Sehubungan dengan itu terjadilah aliran energi, dimana energi berpindah melalui tiap tingkatan tropik yang semakin lama semakin kecil. Energi tidak pernah habis, tetapi berubah menjadi bentuk yang lain, misalnya panas. Berhubungan dengan inilah maka istilah aliran energi digunakan dalam ekosistem, bukan siklus energi.
        Kalau jumlah energi untuk tiap-tiap tingkatan tropik ini digambarkan dalam suatu histogram dimana tingkatan tropik yang tinggi di sebelah atas maka akan membentuk semacam piramida yang disebut piramida energi, yang berarti makin tinggi tingkatan tropiknya, jumlah energinya makin kecil. Data yang diperoleh Howard Odum dari studi ekosistem sungai di Silver Spring, Florida menunjukkan bahwa hanya 17% energi potensial dari produsen yang ditransfer ke herbivora. Konsumen tingkat dua hanya memperoleh 21% dari energi potensial yang ada pada herbivora. Hanya kira-kira 5% energi potensial pada konsumen sekunder yang ditransfer ke konsumen tersier. Dan konsumen tersier hanya menerima kira-kira 0,1% energi potensial yang berasal dari produsen. Piramida jumlah dan biomassa Adanya energi yang hilang sepanjang rantai makanan menyebabkan terjadinya piramida jumlah (pyramide of number) dan piramida biomassa (pyramide of biomass).
Piramida jumlah memberi pengertian bahwa makin rendah tingkatan tropiknya makin besar jumlah individunya, sedangkan makin tinggi tingkatan tropiknya makin sedikit jumlah individunya. Selanjutnya piramida biomassa memberi pengertian bahwa makin rendah tingkatan tropiknya makin besar biomassanya, meskipun jumlah individu mungkin sedikit. Biomassa adalah bobot kering makhluk hidup per satuan luas ekosistem. Produktivitas ekosistem merupakan keseluruhan sistem yang dinyatakan dengan biomassa atau bioenergi dalam kurun waktu tertentu. Produktivitas eksosistem merupakan parameter pengukuran yang penting dalam penentuan aliran energi total melalui semua tingkat trofik dari suatu ekosistem. Energi matahari memasuki seluruh tingkat trofik dalam suatu ekosistem melalui produsen, tersimpan dalam bentuk senyawasenyawa organik (hasil fotosintesis). Seluruh senyawa organik yang dikandung dalam produsen dari suatu eksosistem disebut Produktivitas Primer Kotor (PPK). PPK digunakan oleh produsen untuk respirasi (sekitar 35%), sisanya sebagai Produktivitas Primer Bersih (PPB). PPB dari produsen inilah yang digunakan oleh konsumen pertama dan konsumen berikutnya, dengan nilai PPB yang semakin mengecil.
5.      Tipe-tipe Ekosistem
Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan.
a)      Akuatik (air)
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.
Ø  Ekosistem estuari.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.
Ø  Ekosistem terumbu karang.
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.
Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Ø  Ekosistem lamun.
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti hal­nya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan meng­hasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
b)      Terestrial (darat)
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan. Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia.
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme. Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.  Dalam hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit.  Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
Ø  Sabana.
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim. Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga terdapat sabana yang luas. Hewan yang hidup di sabana antara lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.
Ø  Gurun.
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).[6] Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan nokturnal lain.
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).
Ø  Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
Ø  Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Ø  Karst (batu gamping /gua).
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.
c)      Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.  Contoh ekosistem buatan adalah:
Ø  Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
Ø  agroekosistem berupa sawah tadah hujan
Ø  sawah irigasi
Ø  Perkebunan sawit
Ø  Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
Ø  Ekosistem ruang angkasa.

a)      Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Setiap makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya, lingkungan bukan hanya komponen biotik tetapi komponen abiotik juga sangat mempengaruhi ekosistem jika salah satu komponen ekosistem tersebut punah, maka komponen ekosistem lainnya akan terganggu, lama kelamaan maka semuanya juga akan ikut punah. Jika ekosistem sampai punah manusia juga akan punah. Untuk menghindari hal tersebut, kita harus melestarikan ekosistem terutama ekosistem hutan. Ekosistem dapat dibedakan atas ekosistem darat, air dan buatan.
Makhluk hidup meluangkan waktu untuk berkompetisi dalam memperoleh makanan, tempat berlindung, dan pasangan kawin. Didalam lingkungan biotik terdapat interaksi antara individu sejenis maupun antara jenis yang berbeda, terdiri atas kompetisi, dan simbiosis.
Antara komponen pembentuk ekosistem terdapat hubungan saling ketergantungan, sehingga perubahan pada komponen yang satu akan menyebabkan perubahan pada komponen yang lain. Peristiwa makan dan dimakan yang melukiskan suatu rantai makanan atau jaring-jaring makanan. Peristiwa rantai makanan menyebabkan terjadinya piramida energi, piramida jumlah, piramida biomassa dan aliran materi yang berupa siklus atau daur materi dalam ekosistem.
b)     Saran
Unsur penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan adalah materi, energi, dan informasi. Ketiga unsur itu dapat ikut mempengaruhi keanekaragaman dalam komunitas dan dapat menjadi faktor pembatas dalam populasi. Apabila ketiga unsur itu terganggu (berubah) maka lingkungan juga akan berubah, berarti siklus biogeokimiapun berubah. Manusia sebagai salah satu bagian dari ekosistem yang secara akal budi melebihi makhluk lainnya harus menjaga keseimbangan ekosistem.













DAFTAR PUSTAKA
Ø  Darsono, Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Universitas Atmajaya Press. Yogyakarta.

1 Response to "Ekosistem"