Saluran televisi satelit Aljazeera berbahasa Inggris dalam pekan ini dalam sebuah program acara People & Power menayangkan sebuah film dokumenter tentang 'ekstrimisme agama' di Asia Tengah. Film yang dibuat oleh Michael Anderson tersebut mengungkap kenyataan kepalsuan dari rezim diktator di Asia Tengah yang melakukan berbagai upaya untuk menghentikan gerakan Hizbut Tahrir.
Michael Anderson adalah seorang ilmuwan politik dan wartawan yang telah menghabiskan bertahun-tahun di Asia Tengah telah membuat sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang situasi persoalan meningkatnya ekstrimisme di Asia Tegah.
Dalam wawancaranya kepada Ferghana.ru, Michael Anderson mengatakan bahwa selama bertahun-tahun, dirinya telah mengamati bagaimana para diktator di Asia Tengah telah menggunakan 'ancaman' ini dari apa yang disebut 'ekstrimisme' untuk menindas siapa pun yang tidak setuju dengan mereka. "Hanya dengan label mereka 'ekstrimis' atau 'teroris'", kata Anderson.
Menurutnya, para politisi Barat 'membeli' propaganda dari orang-orang seperti diktator Uzbekistan Islam Karimov. Itulah diantara alasan, Anderson memutuskan untuk membuat film yang berjudul "Mitos Ekstrimisme Agama di Asia Tengah"
Anderson mengatakan bahwa di Asia Tengah, sebelumnya ekstrimisme bukan ancaman, tetapi sekarang terjadi berkat orang-orang seperti Karimov. Pada tahun 1990-an, saat itu para pemimpin di Asia Tengah mulai memperingatkan terhadap apa yang disebut 'ekstrimisme' dan 'radikalisme', dan ancaman itu sangat terbatas.
Tetapi, Karimov dan kawan-kawannya telah menggunakan citra ekstrimisme Islam untuk menakut-nakuti penduduk lokal agar tunduk, seperti 'hanya aku yang dapat melindungi Anda terhadap teroris Islam yang berbahaya ini' sehingga atas nama stabilitas, demokrasi harus menunggu, katanya.
Anderson mengemukakan, Karimov seolah menambahkan pernyataanya 'dan siapa pun yang berani mengkritik saya adalah seorang pengkhianat atau ekstrimis dan akan dilemparkan ke dalam penjada, disiksa, dll'.
Apa yang Terjadi Hari ini?
Hari ini, menurut Anderson, sebagai akibat langsung dari penindasan rezim dan mereka gagal dalam kebijakan sosial dan ekonomi, ancaman dari ekstrimisme tersebut semakin meningkat. Rezim telah mengubah nubuat mereka ke dalam kebenaran.
"Seperti banyak pakar analisis telah menunjukkan, organisasi seperti Hizbut Tahrir memperoleh lebih banyak anggota sepanjang waktu. Dan lebih penting lagi, masih lebih banyak lagi orang yang bersimpati dengan apa yang mereka usulkan, walaupun mereka bukan anggota dari organisasi ini," kata Anderson kepada Ferghana.ru.
Ia memberikan penekanan, "Tapi, dan ini sangat penting, sekalipun rekayasa primitif oleh para rezim di Asia Tengah, tak seorang pun pernah membuktikan bahwa Hizbut Tahrir telah benar-benar menggunakan kekerasan."
Dalam film dokumentar garapannya, Duta Besar OSCE Bishkek, Andrew Tesoriere, mengakatan kepadanya, "hak-hak orang dalam tahanan, bahkan walaupun orang-orang tersebut diduga terorisme, harus dihormati. Jika Anda tidak melakukan hal tersebut, Anda akan memperbanyak masalah ekstrimisme dan bahkan terorisme"
Terkait tragedi Andijan, ia memberikan komentar, "Secara pribadi saya berpikir bahwa peristiwa Andijan pada 2005, dan sejumlah kecil demonstrasi dan penembakkan di Asia Tengah selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa semakin banyak orang memang merasa terdorong ke ekstrim."
"Dan ketika Anda melihat apa yang para rezim di Asia Tengah lakukan kepada masyarakat, dapatkah Anda menyalahkan mereka?" katanya.
Kesan Terbesar: 'Para Pahlawan'
Dalam pembuatan film dokumenternya itu, Anderson mengaku sangat berkesan terhadap para 'pahlawan' yang berani, seperti para pembela hak asasi manusia, para pengacara, dan wartawan yang terus bertahan menghadapi rezim brutal tersebut. Padahal, rezim korup sering membahayakan kehidupan mereka, seperti yang terlihat hampir setiap pekan.
"Kesan saya yang lain adalah bahwa kemanusian dan keluarga diperlakukan sangat brutal oleh rezim. Orang-orang bersalah dilemparkan ke dalam penjara selama 20 tahun untuk kejahatan yang semua orang tahu mereka tidak melakukannya, tanpa pengadilan yang layak, bahkan tanpa akses pengacara. Atau kebrutalan polisi, penyiksaan, atau.... Ini adalah kehidupan sehari-hari bagi ribuan orang tak berdosa di daerah tersebut," katanya.
"Ya, situasi yang terburuk di Uzbekistan, tetapi jelas, bahwa para pemimpin yang lainnya kini semakin mengambil 'cara Uzbek'," tambahnya lagi.
Film yang diproduksi oleh Mulberry Media tersebut dapat disaksikan oleh seluruh kaum Muslim di seantero dunia di saluran televisi Al-Jazeera bahasa Inggris, mulai hari Rabu hingga Ahad pada acara People & Power, Kamis: 08.30/21.00/02.30 WIB, Jumat: 23.30 WIB, Sabtu: 10.30/03.30 WIB, dan Ahad: 12.30 WIB.
Insya Allah, rekaman film tersebut juga tersedi di Syabab Media, untuk mendapatkannya silahkan hubungi di bagian redaksi. [z/m/frgn/aljzeera/syabab.com]
0 Response to "Aljazeera Tayangkan Film Dokumenter: Ketakutan Rezim & Meningkatnya Aktivitas Hizbut Tahrir di Asia Tengah"
Post a Comment