DAKWAH DIJALAN ALLAH SWT
Dia mulai bercerita, namanya Tommy. Dia teman satu kampus Bimo yang juga teman bermain di desanya dulu. Saat tahu Tommy sedang tertunduk lemas bimo pun segera menanyakan apa yang sedang dialami oleh sahabat karibnya tersebut. Sambil meneteskan air mata Tommy menceritakan apa yang menjadi beban hidupnya akhir-akhir ini. “Bimo, kini semua orang sudah tahu kalau aku terkena penyakit menjijikkan dalam hidupku, kau jijik bukan?”kata Tommy dengan berkaca-kaca. “tidak sahabatku, kamu tetap karipku seperti dulu, walaupun dengan HIV AIDS itu semakin melumpuhkanmu dari waktu-ke waktu”. Hibur bimo pada saat itu.
Dan Tommypun menanggapinya,”tidakkah kamu tahu aku sudah divonis dokter mati untuk 6 bulan lagi, bayangkan saja, hidupku yang kemarin selalu aku gunakan untuk menabung dosa, 25 tahun aku sudah mengedarkan ganja, jadi perantara untuk pelacur dan terahir akupun pemakai dan peminum, lantas Bim aku tak tahu harus gimana dengan umur 6 bulan itu. Iya jika 6 bulan aku mati, bagaimana jika dua hari lagi aku mati, bagaimana jika besok aku sudah tidak bisa menghirup udara lagi, tentu saja dengan umur 6 bulan atau kurang tadi aku belum cukup untuk menebus dosaku, jangankan menebus, untuk menabung kebaikan saja aku pun tak mampu”.
Sambil berdebar-debar mendengarkan penderitaan sahabatnya bimo pun menjawab dengan tertatih-tatih,”kamu jangan menyerah dari rahmat Allah Tommy!, kamu harus tetap berusaha. Maukah kamu aku kasih tau jalan agar tidak terhindar dari azab yang pedih?”
“ya tentu aku mau bimo, aku akan bener-bener nglaksanakan semaksimal mungkin untuk merupabah hidupku agar bisa tenang dengan tabungan Amalku yang bisa kupersembahkan padaNya saat aku sudah menghadap tuhanku”. Ungkap Tommy yang dari tadi meneteskan air mata.
“Tommy, Allah SWT berfirman dalam surat ash-shaff ayat ke 10 dengan mengatakan, Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?, kamu tau Tommy apa itu perniagaannya? Ternyata Allah menerangkan lagi dengan ayat yang ke 11 (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui” bimo menjelaskan dengan seksama.
Sambil menangis Tommy pun mengucapkan,” sungguh, sisah hidupku akan aku gunakan sebagaimana engkau ucapan bila itu memang bisa menebus azab yang pedih yang kelak menimpaku, aku akan sholat setiap hari dan hartaku akan aku zakatkan”
“oke lah Tom, aku salut dengan semangat kamu untuk menghadap Allah swt. Tapi semangat saja tidak cukup, perlu kamu ketahui kalau bekal dengan sholat saja jelas tidak cukup. Karena sholat pahalanya saat sholat saja. Sebenarnya kamu bisa mendapatkan pahala 10 kali atau ribuan kali sholat dalam satu waktu sholat. Misalnya saat waktu sholat tiba ternyata kamu mengajak seseorang di pinggir jalan untuk sholat. Dan dia mau melaksanakan sholat maka kamu pun juga dapat pahala dari dia Tom.”
“hah beneran Bim”
“Iya beneran aq, tapi perlu kamu inget Tom, jika kamu mengajak seseorang maka kamu juga harus punya ilmunya. Bagaimana kalau kita seminggu ini halaqoh untuk menambah ilmu kamu. Ya biar kamu bisa mengajak dan menasehati dalam segala hal”
“ya , aku perlu tamak untuk perkara yang ginian Bim”
***
Singkat cerita, Tommy begitu semangat untuk melaksanakan aktivitas mulia ini, termasuk mendakwahkan khilafah. Ya hanya halaqoh satu minggu saja. Dia ajak temannya yang sama-sama menderita dan yang dulu gang nya. Baik untuk sholat maupun untuk mengkaji islam. Dia begitu memahami jika waktunya adalah modal untuk dia hidup. Dan waktu senantiasa berkurang, otomatis modal juga akan berkurang. Ketika modal itu berkurang tanpa adanya hasil maka kita dapat dikatakan merugi. Jadi diam saja sesungguhnya sudah merugi.
Apalagi menggunakan modal untuk sesuatu yang negative atau melanggar syara’. Tentu tidak hanya rugi tapi sudah berani untuk berhutang, atau bisa dikatakan dia bangkrut dan hutang pula. Jadi orang yang demikian tentu termasuk orang yang celaka (semoga kita bukan termasuk golongan orang yang celaka seperti itu). Sedangkan berbeda ketika modal itu bisa menghasilkan keuntungan berupa nominal, kalau modal itu waktu berarti keuntungannya berupa pahala dan pertolongan Nya di dunia.
Tommy benar-benar menyadari bahwa hanya dengan berdakwah dia bisa mengalahkan cepatnya waktu. Bagaimana tidak, bila dia bisa mengajak seseorang untuk paham islam dan juga bisa mengaplikasikannya maka dia juga akan mendapatkan pahala. Lalu bagaimana jika yang diajaknya tadi juga mengajak orang pada kebaikan yang sama pasti dia juga akan mendapatkan bahala dari orang yang diajaknya. Tentu bila kecepatan untuk berdakwah itu berputar dari satu orang ke orang yang lain, lalu kecepatan berputarnya roda dakwah itu mengalahkan detik jam, lantas bukankah aktivitas yang demikian itu bisa mengalahkan kecepatan sang waktu?!. Bahkan bisa berantai antar generasi yang menandakan aktivitas inilah yang menjadikan pahala mengalir cepat dan sangat panjang durasinya. Bisa jadi itu yang dipahami oleh Tommy saat itu.
Bisa jadi pula Tommy yang saat itu gencar untuk berdakwah dijalan Allah SWT benar-benar menyadari, jika yang dirubah adalah individu maka pahalanya hanya sebatas individu, bagaimana bila yang diubah adalah Negara yang secara sistematis mengatur individu di dalamnya. Bukankah dia akan mendapatkan pahala per individu jika dia benar-benar berhasil menegakkan Negara khilafah yang menerapkan seluruh aturan islam. Bisa jadi juga Tommy benar-benar menyadari jika semua orang nantinya sejahtera dengan khilafah yang diperjuangkannya maka dia juga akan mendapatkan pahala karena semua orang dapat bahagia dengan kesejahteraan itu.
Yang perlu ditanyakan adalah bagaimana kita bisa memiliki akselerasi secepat itu? Apakah perlu mengalami hal yang tertekan seperti halnya Tommy yang mau mati untuk bisa semangat berdakwah? Atau menunggu keadaan terdesak untuk bisa melontarkan dakwah? Menunggu waktu luang kita untuk bisa berdakwah?
Benarlah Rasul SAW yang mengatakan bahwa yang dapat menghidupkan hati adalah mengingat kematian. Tentu tidaklah patut kita menunggu kondisi agar kita terdesak untuk berdakwah. Tapi mari kita bikin kondisi itu ada. Bukankah dakwah merupakan Ghorizah atau naluri yang bisa dikondisikan sehingga bisa ada? Mengkondisikan dengan membaca ilmu agama, tentang sahabat, tentang jihad, tentang mati syahid, dan segalanya tentang naluri tersebut. Jadi mari kita seret kondisi itu kehadapan kita! (Raind nebula, bkldk UNESA LIDAH WETAN)
Dan Tommypun menanggapinya,”tidakkah kamu tahu aku sudah divonis dokter mati untuk 6 bulan lagi, bayangkan saja, hidupku yang kemarin selalu aku gunakan untuk menabung dosa, 25 tahun aku sudah mengedarkan ganja, jadi perantara untuk pelacur dan terahir akupun pemakai dan peminum, lantas Bim aku tak tahu harus gimana dengan umur 6 bulan itu. Iya jika 6 bulan aku mati, bagaimana jika dua hari lagi aku mati, bagaimana jika besok aku sudah tidak bisa menghirup udara lagi, tentu saja dengan umur 6 bulan atau kurang tadi aku belum cukup untuk menebus dosaku, jangankan menebus, untuk menabung kebaikan saja aku pun tak mampu”.
Sambil berdebar-debar mendengarkan penderitaan sahabatnya bimo pun menjawab dengan tertatih-tatih,”kamu jangan menyerah dari rahmat Allah Tommy!, kamu harus tetap berusaha. Maukah kamu aku kasih tau jalan agar tidak terhindar dari azab yang pedih?”
“ya tentu aku mau bimo, aku akan bener-bener nglaksanakan semaksimal mungkin untuk merupabah hidupku agar bisa tenang dengan tabungan Amalku yang bisa kupersembahkan padaNya saat aku sudah menghadap tuhanku”. Ungkap Tommy yang dari tadi meneteskan air mata.
“Tommy, Allah SWT berfirman dalam surat ash-shaff ayat ke 10 dengan mengatakan, Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?, kamu tau Tommy apa itu perniagaannya? Ternyata Allah menerangkan lagi dengan ayat yang ke 11 (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui” bimo menjelaskan dengan seksama.
Sambil menangis Tommy pun mengucapkan,” sungguh, sisah hidupku akan aku gunakan sebagaimana engkau ucapan bila itu memang bisa menebus azab yang pedih yang kelak menimpaku, aku akan sholat setiap hari dan hartaku akan aku zakatkan”
“oke lah Tom, aku salut dengan semangat kamu untuk menghadap Allah swt. Tapi semangat saja tidak cukup, perlu kamu ketahui kalau bekal dengan sholat saja jelas tidak cukup. Karena sholat pahalanya saat sholat saja. Sebenarnya kamu bisa mendapatkan pahala 10 kali atau ribuan kali sholat dalam satu waktu sholat. Misalnya saat waktu sholat tiba ternyata kamu mengajak seseorang di pinggir jalan untuk sholat. Dan dia mau melaksanakan sholat maka kamu pun juga dapat pahala dari dia Tom.”
“hah beneran Bim”
“Iya beneran aq, tapi perlu kamu inget Tom, jika kamu mengajak seseorang maka kamu juga harus punya ilmunya. Bagaimana kalau kita seminggu ini halaqoh untuk menambah ilmu kamu. Ya biar kamu bisa mengajak dan menasehati dalam segala hal”
“ya , aku perlu tamak untuk perkara yang ginian Bim”
***
Singkat cerita, Tommy begitu semangat untuk melaksanakan aktivitas mulia ini, termasuk mendakwahkan khilafah. Ya hanya halaqoh satu minggu saja. Dia ajak temannya yang sama-sama menderita dan yang dulu gang nya. Baik untuk sholat maupun untuk mengkaji islam. Dia begitu memahami jika waktunya adalah modal untuk dia hidup. Dan waktu senantiasa berkurang, otomatis modal juga akan berkurang. Ketika modal itu berkurang tanpa adanya hasil maka kita dapat dikatakan merugi. Jadi diam saja sesungguhnya sudah merugi.
Apalagi menggunakan modal untuk sesuatu yang negative atau melanggar syara’. Tentu tidak hanya rugi tapi sudah berani untuk berhutang, atau bisa dikatakan dia bangkrut dan hutang pula. Jadi orang yang demikian tentu termasuk orang yang celaka (semoga kita bukan termasuk golongan orang yang celaka seperti itu). Sedangkan berbeda ketika modal itu bisa menghasilkan keuntungan berupa nominal, kalau modal itu waktu berarti keuntungannya berupa pahala dan pertolongan Nya di dunia.
Tommy benar-benar menyadari bahwa hanya dengan berdakwah dia bisa mengalahkan cepatnya waktu. Bagaimana tidak, bila dia bisa mengajak seseorang untuk paham islam dan juga bisa mengaplikasikannya maka dia juga akan mendapatkan pahala. Lalu bagaimana jika yang diajaknya tadi juga mengajak orang pada kebaikan yang sama pasti dia juga akan mendapatkan bahala dari orang yang diajaknya. Tentu bila kecepatan untuk berdakwah itu berputar dari satu orang ke orang yang lain, lalu kecepatan berputarnya roda dakwah itu mengalahkan detik jam, lantas bukankah aktivitas yang demikian itu bisa mengalahkan kecepatan sang waktu?!. Bahkan bisa berantai antar generasi yang menandakan aktivitas inilah yang menjadikan pahala mengalir cepat dan sangat panjang durasinya. Bisa jadi itu yang dipahami oleh Tommy saat itu.
Bisa jadi pula Tommy yang saat itu gencar untuk berdakwah dijalan Allah SWT benar-benar menyadari, jika yang dirubah adalah individu maka pahalanya hanya sebatas individu, bagaimana bila yang diubah adalah Negara yang secara sistematis mengatur individu di dalamnya. Bukankah dia akan mendapatkan pahala per individu jika dia benar-benar berhasil menegakkan Negara khilafah yang menerapkan seluruh aturan islam. Bisa jadi juga Tommy benar-benar menyadari jika semua orang nantinya sejahtera dengan khilafah yang diperjuangkannya maka dia juga akan mendapatkan pahala karena semua orang dapat bahagia dengan kesejahteraan itu.
Yang perlu ditanyakan adalah bagaimana kita bisa memiliki akselerasi secepat itu? Apakah perlu mengalami hal yang tertekan seperti halnya Tommy yang mau mati untuk bisa semangat berdakwah? Atau menunggu keadaan terdesak untuk bisa melontarkan dakwah? Menunggu waktu luang kita untuk bisa berdakwah?
Benarlah Rasul SAW yang mengatakan bahwa yang dapat menghidupkan hati adalah mengingat kematian. Tentu tidaklah patut kita menunggu kondisi agar kita terdesak untuk berdakwah. Tapi mari kita bikin kondisi itu ada. Bukankah dakwah merupakan Ghorizah atau naluri yang bisa dikondisikan sehingga bisa ada? Mengkondisikan dengan membaca ilmu agama, tentang sahabat, tentang jihad, tentang mati syahid, dan segalanya tentang naluri tersebut. Jadi mari kita seret kondisi itu kehadapan kita! (Raind nebula, bkldk UNESA LIDAH WETAN)
0 Response to "MELAWAN SANG WAKTU"
Post a Comment