Asal Bersyukur dan Bersabar

Saat matahari bersinar, maka Allah tunjukkan keindahan warna-warna ciptaan-Nya kepada kita. Tapi saat matahari terbenam, ada keindahan lai...

Mereka, anak-anak

Anak-anak yang naif, yang tersenyum ke kamu memamerkan gigi-gigi kecilnya. Apa kamu berfikir bahwa anak-anak itu sempat berpura-pura tulus, saat dengan lidah cadelnya memanggil namamu dan berbagi permen ditangannya?

Mereka anak-anak, bisa mengingatmu saat pertama bertemu. Bagaimana ia suka, darisanalah bermula. Mereka berlari kesana-kemari, mengajakmu. Merangkul tanganmu. Tertawa riang meski hanya melihat warna warni kupu-kupu. Kemudian terbahak saat gagal menangkapnya. Menepuk-nepuk kedua telapak tangan yang kosong, memasang wajah menggemaskan.Mereka anak-anak, pelangi-pelangi langit. Memayungimu tanpa pamrih dan ambisi. Mencintaimu tanpa curiga.

Anak-anak yang ringan, yang fikirannya tak seriuh isi kepalamu. Mereka sesederhana kata 'iya' dan 'tidak'. Bukan main kau kesulitan mengambil keputusan yang kau tahu baik buruknya. Mereka, anak-anak? Meninggalkan dan melepaskan yang sekiranya tak menarik diajak melebur bermain dalam dunianya. Lucu ya kadang, kerepotan orang dewasa. Kau merutuk sampai menimbun dendam atas khilaf nya orang lain padamu, sementara mereka anak-anak? hanya menangis sesaat lantas besoknya bisa bermain kembali bersama tanpa lagi membicarakan yang sudah terjadi dihari kemarin. Begitu mahal memang harga kepercayaan, tapi sedemikian mudah seharusnya membangun hati yang memaafkan.

Anak-anak yang riang, yang matanya berkilat-kilat melihat air hujan turun. Yang hatinya besar dan penuh impian. Yang semua hal bisa ia sebut sebagai teman. Mereka tak pernah sesepi kita saat tak ada teman bicara.

Mereka anak-anak. Sederhana

Tarakan,  penghujung 2015

0 Response to "Mereka, anak-anak"

Post a Comment