Pahit..sangat pahit…
Bila aku harus kehilangan dia, mendingan aku nggak usah lagi kenal yang namanya cowok. Sakit hati ini…sakit.
“Kalau saja cinta itu benar adanya untuk Allah dan dari Allah, aku yakin, kamu justru merasa harus kehilangan dia.”
Suara di belakangku membuat aku tersentak dari lamunanku. Mbak Ayu segera duduk di sampingku. Aku segera menyeka air mata yang terus mengalir tak terkendali.
“Tapi mbak, aku udah terlanjur cinta. Udah banyak mimpi indah yang kita rancang sampai ke rencana menikah. Eeehh…dia justru gampang banget berpaling ke cewek lain. Katanya nggak cocok ta’arufan sama aku, tapi kenapa dia mesti merancang mimpi segala kalau memang nggak cocok?”
“Untung masih acara rancang merancang ya, Dik?”
Mbak Ayu tertawa ketika melihatku justru melongo mendengar jawaban mbak Ayu.
“Maksud mbak, untung saja semuanya masih sebuah rancangan alias rencana, belum kesampaian. Bayangkan saja kalau sampai si dia udah ngelamar, terus hari pernikahan udah ditentuin, eehh..si dia nemu cewek baru buat di ta’arufin. Kan tambah sengsara.”
Aku masih sesegukan walaupun aku membenarkan perkataan mbak Ayu, tetap saja hati ini belum bisa menerima kebenaran yang telah ditampakkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Hei…dunia akan tetap berputar meski dia nggak ada di sampingmu, Allah Azza Wa Jalla akan tetap menjagamu meskipun seluruh manusia tak mempedulikanmu, percayalah Allah akan memberimu cahaya yang jauh lebih indah dari sekedar sebuah kehilangan.”
Aku tersenyum dan mengangguk setuju.
***Kehilangan orang yang kamu cintai mungkin memang berat, tapi jika rasa berat itu karena kehilangan seseorang yang tidak mau menghargaimu, kenapa harus merasa kehilangan? Justru kamu harusnya bertanya pada hatimu, apalah arti kehilangan kalau ternyata sebuah kebahagiaan yang tadinya tercipta justru membuatmu kehilangan cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Harusnya kamu bisa memahami kehendak hatimu, hatimu tidak akan pernah berbohong. Apabila ada perkara yang dilarang, maka hatimu akan mengatakan bahwa hal itu dilarang. Tapi perbuatan dan perkataan lisanmu lah yang biasanya enggan membenarkan tentang perkataan hatimu. Maka ketika kamu kehilangan seseorang yang belum jadi siapa-siapamu alias kekasih alias yang mengatas namakan ta’arufan , cobalah untuk mendengarkan hatimu, jangan paksa hatimu untuk mengikuti kemauanmu.
Saya tahu kalau kamu merasakan bahagia ketika bersamanya, namun benarkah kebahagian yang kamu rasakan tanpa sebuah keterikatan yang halal, datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau justru dari syetan yang membawamu berbahagia menikmati kemaksiatan? Tanyakan pada hatimu. Kenikmatan sesaat dari sebuah perhatian, buaian, sampai gombalan hanya akan membuatmu merasa dia lah segala-galanya, padahal belum tentu kamu akan menjadi segala-galanya untuknya..
Bersabarlah sahabat, tak perlu menyesali, bersedih, gondok, dongkol, dendam apalagi menangis merasa tak ada lagi cowok di dunia ini. Ketika kamu merasa kehilangan dirinya, yakinkan dirimu bahwa Allah Azza Wa Jalla akan memberikanmu cahaya yang lebih indah daripada kebahagiaan sesaat yang kamu rasakan dengannya. Justru karena Allah ingin mendekatkanmu kepada-Nya dan memberikanmu cahaya yang lebih pantas untukmu, maka Allah menjauhkanmu dari segala bentuk kemaksiatan.
Wallahua’lam bish shawwab.
bukanmuslimahbiasa.com
0 Response to "Cahaya dari Rasa Kehilangan"
Post a Comment